Photobucket

Sabtu, 28 April 2012

Skripsi Harga Nego

Sore ini kukayuh sepeda kuningku melewati jalan-jalan utama seputaran Yogya Utara. Seperti biasa, udara sangat pekat dengan asap kendaraan bermotor yang makin menggila. Di depan Amplaz, terpaksa aku turun dari sepedaku lantaran antrian kendaraan yang menyemut, memasuki salah satu mall terbesar di Yogya itu. Sepeda kembali kukayuh di sela-sela kendaraan itu. Duh, makin susah rasanya mencari celah di kota yang dulu dikenal sebagai kota sepeda ini.

Kapan aku bisa dapat udara segar, kalau jalan terlalu padat begini? Maka, kuputuskan untuk membelokkan sepedaku ke arah utara, memasuki sebuah jalan yang sebenarnya cukup lebar, tapi memang jarang dilewati orang. Hmmm ... akhirnya aku pun menemukan sawah dengan padinya yang mulai menghijau. Adabeberapa pohon besar yang tumbuh di kiri-kanan jalan itu. Cukup rindang dan terasa sejuk. Kulihat pula dua orang laki-laki renta duduk di pinggir sawah. Bukan di pematang, tapi di pinggir selokan. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, mereka terlihat sedang serius bercakap-cakap.

Kususuri jalanan itu, hingga akhirnya aku sampai di sebuah jalan utama lagi. Jalan Afandi sekarang namanya. Sore ini Jalan Afandi tidak sepadat biasanya. Kulihat kiri-kanan jalan, para pedagang kaki lima mulai sibuk menyiapkan tenda dan dagangannya. Tiba-tiba, mataku tertuju pada sebuah tulisan yang tertempel di sebuah pohon besar, di pinggir Jalan Afandi. Begini bunyi tulisan itu:

SKRIPSI
BANTU SEMUA JURUSAN
HARGA NEGO
HUBUNGI:
08122XXXXXXXX

Wah, apa-apaan ini? Jadi benar, kan, kalau sekolah itu sekarang memang bisa diperdagangkan? Dengan penuh keberanian orang ini menawarkan sesuatu yang sebenarnya sangat tabu di lingkungan pendidikan. Bagaimana mungkin dia mencantumkan nomor telepon tanpa keraguan sedikit pun. Ah, memang sekarang zamannya sudah beda. Mungkin aku saja yang terlalu lugu menyikapi iklan yang mungkin sebenarnya sudah menjamur di kota yang konon juga mendapat sebutan sebagai KOTA PELAJAR ini. Barangkali hal-hal seperti ini sudah menjadi hal-hal biasa dan umum dilakukan atau sebut saja sudah membudaya. Sekolah bisa "dinego". Yang penting dapat ijazah, dan dapat kerjaan dengan mudah tanpa perlu bersusah payah.